Daftar Blog Saya

Kamis, 21 Maret 2013

pemanfaatan barang bekas


TUJUAN PERMAINAN
 Memudahkan siswa untuk menghitung besara sudut
 Mengurangi kebosanan siswa dalam pelajaran matematika yang terkadang menoton
Dan juga melatih siswa untuk berwawasan tinggi

BUSUR DARI BARANG BEKAS

ALAT DAN BAHAN

 Disk bekas
 Pipet kecil
 Pipet besar
 Double tip
 Lem
 Spidol
 Karton


CARA PEMBUATAN BUSUR DARI BARANG BEKAS

1. Disk di garis untuk skala sudut dengan skala tertentu dan sama besar
2. Gunting pepet besar sepanjang ± 3 cm sebanyak skala pada disk
3. Tempelkan pipet tersebut pada garis yang telah dibuat dengan posisi menyebar dari pusat ke pinggir lingkaran
4. Tempelkan disk yang sudah jadi pada karton untuk memudahkan membaca skala
5. Guru memberikan pertanyaan dan siswa menghitung dengan menggunakan busur-busuran yang telah dibuat

“TERIMA KASIH”

Rabu, 06 Maret 2013

permainan matematika _ pengenalan bangun ruang dengan menggunakan plastisin. ^_^. . matkul wordshop


      
                                                                                                                  

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis persembahkan  kehadirat Allah SWT. Atas rahmat taufiq, serta hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan sehingga dapat dipersembahkan kepada para pembaca yang budiman sebagaimana wujudnya sekarang. Adapun judul makalah yang kami sajikan dan kami paparkan dalam mata kuliah workshop matematika“Permainan matematika_dengan judul pengenalan bangun ruang dengan menggunakan plastisin”.
Makalah ini merupakan hasil kerja maksimal dari penulis, sesuai dengan tenaga dan kemampuan yang ada pada penulis, namun penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan. Penulis mohon maaf. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada pada pembaca , dosen pembimbing, atas segala motivasi yang diberikan.

                                                                                    Pekanbaru, maret 2013
                                                                                               

Penulis,





 

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah unsure terpenting dalam mewujudkan manusia seutuhnya, karna maju mundurnya gerak dan kepribadian suatu bnagsa kini ataupun masa yang akan datang amat ditentukan oleh pendidikan. Pendidikan memegang peran sentral dalam pembangunan masa depan, dengan membangun sumber daya manusia agar dapat menjadi subyek pembangunan yang produktif.
            Adapun tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang terdapat dalam undang-undang dasar system pendidikan nasional.
            Matematika adalah suatu alat untuk mengenbangkan cara berfikir, karna itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak SD, bahkan TK.
            Pengembangan pengajaran matematika disekolah sangat dipengaruhi oleh banyak factor yang sangat berkaitan dalam pembelajaran matematika seringkali didapatkan bahwa siswa menerima dan mempelajari matematika bahkan banyak yang mengeluh bahwa pelajaran matematika membosankan, tidak menarik dan susah dipahami. Maka dari itu pada pembelajaran matematika ini diselingi oleh permainan agar siswa dapat meninkmati suasana belajar yang menyenangkan, dan siswa pun dengan adanya permainan ini mereka lebih lama ingat nya.
Berdasarkan teori perkembangan kognitif, siswa kelas satu SD (7 tahun) berada pada tahap pemikiran operasional konkrit, artinya siswa lebih mudah menangkap pelajaran bila temanya dekat dengan kehidupan mereka atau pelajaran tersebut bisa dijabarkan secara konkrit. Oleh karena itu, salah satu metode yang bisa digunakan untuk mengajarkan anak tentang bentuk benda adalah dengan menggunakan plastisin/lilin/malam.
Sistem motorik halus pada anak usia kelas satu SD belum berkembang dengan baik, apalagi jika anak langsung masuk jenjang SD tanpa TK sebelumnya. Oleh karena itu guru tidak bisa memaksa anak untuk bisa menggambar bangun dengan baik tanpa banyak proses latihan sebelumnya.
Coretan pertama anak biasanya garis yang tidak beraturan atau bentuk lingkaran yang tidak sempurna, sehingga ketika anak secara konkrit dilatih membuat bentuk dengan tangan mereka sendiri terlebih dahulu (tidak dituntut langsung menggambar) disertai dengan metode yang menyenangkan maka anak akan lebih mudah mengingat konsep bangun yang diajarkan (lingkaran, segi empat dan segitiga). Apabila anak sudah memahami konsep bangun datar ini, maka siswa akan lebih mudah mengerti ketika guru menjelaskan tentang bangun ruang yang jauh lebih kompleks bentuknya.



B.     Rumusan Masalah
Mengetahui bagaimana permainan nya. Mulai dari alat dan bahan, cara permainan.


C.     Tujuan
Siswa akan lebih mudah mengerti ketika guru menjelaskan tentang bangun datar yang jauh lebih kompleks bentuknya. Hal ini akan membawa emosi senang yang pada akhirnya berpengaruh pada penerimaan otak dalam menyerap materi pembelajaran, terlebih pada konsep matematika baru dan dianggap rumit bagi anak-anak.





BAB II  PEMBAHASAN

A.    Pengantar Mengenai  Plastisin
Playdough (play-doh) adalah adonan mainan (play=bermain, dough=adonan) atau plastisin mainan yang merupakan bentuk modern dari mainan tanah liat (lempung). Playdough mudah dimainkan dan disukai oleh balita dan anak-anak. Dengan menggunakan playdough, anak-anak dapat mengekspresikan kreativitas mereka melalui kreasi tiga dimensi. Berikut cara membuat playdough yang higienis dan dengan warna serta aroma yang bisa dipilih sendiri.



Rendahnya hasil belajar matematika siswa pada geometri bangun ruang kubus dan balok dapat disebabkan banyak faktor, baik yang datang dari siswa sendiri maupun dari pihak guru selaku pengajar. Faktor yang timbul dari siswa itu sendiri, di antaranya siswa sulit menguasai konsep dasar tentang pemahaman soal bangun ruang, siswa sering kali keliru membedakan mana yang dinamakan balok dan mana yang dinamakan kubus.
Sedangkan faktor yang datang dari guru selaku pengajar, diantaranya guru mengajar hanya menggunakan pendekatan ceramah atau eksipositori tanpa menggunakan media, sedangkan siswa mendengar, mencatat setelah itu menghapal. Hal ini terjadi juga di kelas IV SDN 3 Jalaksana Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan. Salah satu upaya untuk mengubah kondisi di atas dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa, yakni dengan penerapan teori belajar Va Hiele menggunakan media lidi dan plastisin.
 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan disain penelitian tindakan kelas yang digunakan yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan (siklus spiral) meliputi tahap-tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penerapan teori belajar Va Hiele menggunakan media lidi dan plastisin dalam penelitian ini memberikan dampak yang cukup baik bagi siswa, yaitu meningkatnya pemahaman siswa pada materi bangun ruang kubus dan balok. Hal ini dapat dilihat pada hasil tes akhir  yang diperoleh siswa.
Pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh adalah 63,9, pada siklus II nilai rata-rata menjadi 69,6 dan pada siklus III nilai rata-rata mencapai 78,8 serta persentase ketuntasan 100%. Penerapan teori belajar Va Hiele menggunakan media lidi dan plastisin juga dapat meningkatkan aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat pada setiap siklus aspek-aspek yang diamati pada aktivitas siswa menunjukkan perubahan yang meningkat menjadi lebih baik. Pada siklus III, untuk keaktifan, perhatian maupun kerja sama sudah mencapai 100%, hasil ini sudah sesuai dengan target yang diharapkan. Kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah bahwa penerapan teori belajar Va Hiele menggunakan media lidi dan plastisin pada pembelajaran bangun ruang kubus dan balok dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil evaluasi siswa.

B.     Metode Pembelajaran
1. Jika jumlah siswa kurang dari 15, maka kelas bisa dibentuk melingkar, dimana guru bergabung di tengah-tengah siswa, tetapi jika siswa dalam kelas besar, maka kelas bisa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil.
2. Mulai dengan kondisi anak dalam Alfa zone (kondisi paling baik untuk belajar), dengan tepuk, bernyanyi, atau hal-hal menyenangkan lain yang menarik perhatian siswa.
3. Menjelaskan kepada siswa bahwa mereka akan belajar membuat bentuk dengan plastisin/lilin/malam, mulailah dari yang paling sederhana yaitu membuat bulatan. Ajak anak menghubungkan ke dunia nyata yang ada di sekitar mereka, benda apa saja yang bentuknya bulat (cobalah lakukan ekplorasi terhadap anak). Ajak anak untuk menggambar apa yang mereka buat di buku catatan mereka, bagi beberapa anak yang belum bisa membentuk lingkaran dengan baik, plastisin/lilin/malam bisa di pipihkan dan ditempelkan ke catatan, lalu anak diminta mengikuti pola yang ada. Setelah selesai menggambar, tanamkan konsep bahwa yang mereka buat dalam matematika di sebut dengan lingkaran, lalu ajak mereka mengeja setiap huruf yang ada di dalam lingkaran (tematik calistung).
4. Setelah selesai dengan lingkaran, pola yang bisa digunakan adalah membuat segi empat, jangan lupa menghubungkan ke dunia nyata dengan menyebutkan barang-barang apa saja yang ada di sekitar mereka yang berbentuk persegi empat, pola yang sama juga dilakukan seperti lingkaran. Dengan tambahan penjelasan bahwa kenapa disebut segi empat, karena mempunya sisi yang sama panjang (ajak anak merasakan ke empat sisi dari plastisin/lilin/malam buatan mereka sendiri).
5. Minta anak membuat dua persegi empat dengan plastisin/lilin/malam ketika selesai, minta mereka menggabungkannya sehingga menjadi persegi panjang. Anak diharapkan mengerti bahwa perbedaan persegi panjang dan persegi empat terletak pada bagian bawahnya yang lebih panjang.
6. Hal terakhir adalah membuat segitiga, adalah wajar jika ada anak yang kesulitan membuat segitiga, guru pada awalnya bisa membuat pola/cetakan di papan tulis, atau dengan jari, dan mengajak anak mengisi cetakan dengan plastisin/lilin/malam, lakukan sampai anak bisa mandiri tanpa cetakan segitiga. Setelah selesai, mintalah mereka menggambar seperti pada bangun datar sebelumnya dan menuliskan alfabetnya.
7. Untuk memperkuat konsep bangun datar, guru bisa menanyakan secara acak nama-nama bangun yang sudah mereka buat secara acak, apakah mereka sudah memahami konsep sederhana bangun ruang.

C.     Alat dan bahan
1.      Celemek
2.      Pisau cutter
3.      Plastisin dengan berbagai warna.

D.    Cara Pembuatan


            Pada pembuatan bangun ruang ini, tidak memiliki cara yang terstruktur. Melainkan siswa dituntut untuk mengetahui terlebih dahulu konsep bangun ruang itu sendiri.
  



BAB III  PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pada hakekatnya pelajaran matematika ini sangat lah membosankan, ditambah lagi dengan begitu banyak rumus, dan tingkat kesulitan soal beragam. Nah dari pada itu, mangkanya para seorang guru harus pandai menciptakan ide-ide baru untuk membentuk tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Dengan adanya permainan menggunakan plastisin ini, siswa dapat mengingat lebih lama mengenai bangun ruang. Dari pada system belajar secara ceramah.
Dengan adanya permainan ini siswa juga akan bersemangan dalam melaksanakan pembelajaran tersebut. Karena didukung oleh plastisin yang beragam jumlah wamrna yang tersedia

B.     Saran
Sistem motorik halus pada anak usia kelas satu SD belum berkembang dengan baik, apalagi jika anak langsung masuk jenjang SD tanpa TK sebelumnya. Oleh karena itu guru tidak bisa memaksa anak untuk bisa menggambar bangun dengan baik tanpa banyak proses latihan sebelumnya.
Coretan pertama anak biasanya garis yang tidak beraturan atau bentuk lingkaran yang tidak sempurna, sehingga ketika anak secara konkrit dilatih membuat bentuk dengan tangan mereka sendiri terlebih dahulu (tidak dituntut langsung menggambar) disertai dengan metode yang menyenangkan maka anak akan lebih mudah mengingat konsep bangun yang diajarkan (lingkaran, segi empat dan segitiga). Apabila anak sudah memahami konsep bangun datar ini, maka siswa akan lebih mudah mengerti ketika guru menjelaskan tentang bangun ruang yang jauh lebih kompleks bentuknya.
.