KATA
PENGANTAR
Puji
syukur senantiasa penulis persembahkan
kehadirat Allah SWT. Atas rahmat taufiq, serta hidayah-Nya, makalah ini
dapat diselesaikan sehingga dapat dipersembahkan kepada para pembaca yang
budiman sebagaimana wujudnya sekarang. Adapun judul makalah yang kami sajikan
dan kami paparkan dalam mata kuliah workshop matematika“Permainan matematika_dengan
judul pengenalan bangun ruang dengan menggunakan plastisin”.
Makalah
ini merupakan hasil kerja maksimal dari penulis, sesuai dengan tenaga dan
kemampuan yang ada pada penulis, namun penulis juga menyadari bahwa dalam
penulisan ini masih banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan. Penulis mohon
maaf. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada pada pembaca , dosen
pembimbing, atas segala motivasi yang diberikan.
Pekanbaru,
maret 2013
Penulis,
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan
adalah unsure terpenting dalam mewujudkan manusia seutuhnya, karna maju
mundurnya gerak dan kepribadian suatu bnagsa kini ataupun masa yang akan datang
amat ditentukan oleh pendidikan. Pendidikan memegang peran sentral dalam
pembangunan masa depan, dengan membangun sumber daya manusia agar dapat menjadi
subyek pembangunan yang produktif.
Adapun tujuan pendidikan adalah
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang terdapat dalam
undang-undang dasar system pendidikan nasional.
Matematika adalah suatu alat untuk
mengenbangkan cara berfikir, karna itu matematika sangat diperlukan baik untuk
kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga
matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak SD, bahkan TK.
Pengembangan pengajaran matematika
disekolah sangat dipengaruhi oleh banyak factor yang sangat berkaitan dalam
pembelajaran matematika seringkali didapatkan bahwa siswa menerima dan
mempelajari matematika bahkan banyak yang mengeluh bahwa pelajaran matematika membosankan,
tidak menarik dan susah dipahami. Maka dari itu pada pembelajaran matematika
ini diselingi oleh permainan agar siswa dapat meninkmati suasana belajar yang
menyenangkan, dan siswa pun dengan adanya permainan ini mereka lebih lama ingat
nya.
Berdasarkan
teori perkembangan kognitif, siswa kelas satu SD (7 tahun) berada pada tahap
pemikiran operasional konkrit, artinya siswa lebih mudah menangkap pelajaran
bila temanya dekat dengan kehidupan mereka atau pelajaran tersebut bisa
dijabarkan secara konkrit. Oleh karena itu, salah satu metode yang bisa
digunakan untuk mengajarkan anak tentang bentuk benda adalah dengan menggunakan
plastisin/lilin/malam.
Sistem
motorik halus pada anak usia kelas satu SD belum berkembang dengan baik,
apalagi jika anak langsung masuk jenjang SD tanpa TK sebelumnya. Oleh karena
itu guru tidak bisa memaksa anak untuk bisa menggambar bangun dengan baik tanpa
banyak proses latihan sebelumnya.
Coretan
pertama anak biasanya garis yang tidak beraturan atau bentuk lingkaran yang tidak
sempurna, sehingga ketika anak secara konkrit dilatih membuat bentuk dengan
tangan mereka sendiri terlebih dahulu (tidak dituntut langsung menggambar)
disertai dengan metode yang menyenangkan maka anak akan lebih mudah mengingat
konsep bangun yang diajarkan (lingkaran, segi empat dan segitiga). Apabila anak
sudah memahami konsep bangun datar ini, maka siswa akan lebih mudah mengerti
ketika guru menjelaskan tentang bangun ruang yang jauh lebih kompleks
bentuknya.
B. Rumusan
Masalah
Mengetahui
bagaimana permainan nya. Mulai dari alat dan bahan, cara permainan.
C. Tujuan
Siswa
akan lebih mudah mengerti ketika guru menjelaskan tentang bangun datar yang
jauh lebih kompleks bentuknya. Hal ini akan membawa emosi senang yang pada
akhirnya berpengaruh pada penerimaan otak dalam menyerap materi pembelajaran,
terlebih pada konsep matematika baru dan dianggap rumit bagi anak-anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengantar
Mengenai Plastisin
Playdough
(play-doh) adalah adonan mainan (play=bermain, dough=adonan) atau plastisin
mainan yang merupakan bentuk modern dari mainan tanah liat (lempung). Playdough
mudah dimainkan dan disukai oleh balita dan anak-anak. Dengan menggunakan
playdough, anak-anak dapat mengekspresikan kreativitas mereka melalui kreasi
tiga dimensi. Berikut cara membuat playdough yang higienis dan dengan warna
serta aroma yang bisa dipilih sendiri.
Rendahnya
hasil belajar matematika siswa pada geometri bangun ruang kubus dan balok dapat
disebabkan banyak faktor, baik yang datang dari siswa sendiri maupun dari pihak
guru selaku pengajar. Faktor yang timbul dari siswa itu sendiri, di antaranya
siswa sulit menguasai konsep dasar tentang pemahaman soal bangun ruang, siswa
sering kali keliru membedakan mana yang dinamakan balok dan mana yang dinamakan
kubus.
Sedangkan
faktor yang datang dari guru selaku pengajar, diantaranya guru mengajar hanya
menggunakan pendekatan ceramah atau eksipositori tanpa menggunakan media,
sedangkan siswa mendengar, mencatat setelah itu menghapal. Hal ini terjadi juga
di kelas IV SDN 3 Jalaksana Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan. Salah satu
upaya untuk mengubah kondisi di atas dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa,
yakni dengan penerapan teori belajar Va Hiele menggunakan media lidi dan
plastisin.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas dengan disain penelitian tindakan kelas yang
digunakan yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan
(siklus spiral) meliputi tahap-tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Penerapan teori belajar Va Hiele menggunakan media lidi dan plastisin dalam
penelitian ini memberikan dampak yang cukup baik bagi siswa, yaitu meningkatnya
pemahaman siswa pada materi bangun ruang kubus dan balok. Hal ini dapat dilihat
pada hasil tes akhir yang diperoleh
siswa.
Pada
siklus I nilai rata-rata yang diperoleh adalah 63,9, pada siklus II nilai
rata-rata menjadi 69,6 dan pada siklus III nilai rata-rata mencapai 78,8 serta
persentase ketuntasan 100%. Penerapan teori belajar Va Hiele menggunakan media
lidi dan plastisin juga dapat meningkatkan aktivitas siswa pada saat
pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat pada setiap siklus aspek-aspek yang
diamati pada aktivitas siswa menunjukkan perubahan yang meningkat menjadi lebih
baik. Pada siklus III, untuk keaktifan, perhatian maupun kerja sama sudah
mencapai 100%, hasil ini sudah sesuai dengan target yang diharapkan. Kesimpulan
yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah bahwa penerapan teori belajar Va
Hiele menggunakan media lidi dan plastisin pada pembelajaran bangun ruang kubus
dan balok dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan
dapat meningkatkan hasil evaluasi siswa.
B. Metode
Pembelajaran
1.
Jika jumlah siswa kurang dari 15, maka kelas bisa dibentuk melingkar, dimana
guru bergabung di tengah-tengah siswa, tetapi jika siswa dalam kelas besar,
maka kelas bisa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil.
2.
Mulai dengan kondisi anak dalam Alfa zone (kondisi paling baik untuk belajar),
dengan tepuk, bernyanyi, atau hal-hal menyenangkan lain yang menarik perhatian
siswa.
3.
Menjelaskan kepada siswa bahwa mereka akan belajar membuat bentuk dengan
plastisin/lilin/malam, mulailah dari yang paling sederhana yaitu membuat
bulatan. Ajak anak menghubungkan ke dunia nyata yang ada di sekitar mereka,
benda apa saja yang bentuknya bulat (cobalah lakukan ekplorasi terhadap anak).
Ajak anak untuk menggambar apa yang mereka buat di buku catatan mereka, bagi
beberapa anak yang belum bisa membentuk lingkaran dengan baik,
plastisin/lilin/malam bisa di pipihkan dan ditempelkan ke catatan, lalu anak
diminta mengikuti pola yang ada. Setelah selesai menggambar, tanamkan konsep
bahwa yang mereka buat dalam matematika di sebut dengan lingkaran, lalu ajak
mereka mengeja setiap huruf yang ada di dalam lingkaran (tematik calistung).
4.
Setelah selesai dengan lingkaran, pola yang bisa digunakan adalah membuat segi
empat, jangan lupa menghubungkan ke dunia nyata dengan menyebutkan
barang-barang apa saja yang ada di sekitar mereka yang berbentuk persegi empat,
pola yang sama juga dilakukan seperti lingkaran. Dengan tambahan penjelasan
bahwa kenapa disebut segi empat, karena mempunya sisi yang sama panjang (ajak
anak merasakan ke empat sisi dari plastisin/lilin/malam buatan mereka sendiri).
5.
Minta anak membuat dua persegi empat dengan plastisin/lilin/malam ketika
selesai, minta mereka menggabungkannya sehingga menjadi persegi panjang. Anak
diharapkan mengerti bahwa perbedaan persegi panjang dan persegi empat terletak
pada bagian bawahnya yang lebih panjang.
6.
Hal terakhir adalah membuat segitiga, adalah wajar jika ada anak yang kesulitan
membuat segitiga, guru pada awalnya bisa membuat pola/cetakan di papan tulis,
atau dengan jari, dan mengajak anak mengisi cetakan dengan
plastisin/lilin/malam, lakukan sampai anak bisa mandiri tanpa cetakan segitiga.
Setelah selesai, mintalah mereka menggambar seperti pada bangun datar
sebelumnya dan menuliskan alfabetnya.
7.
Untuk memperkuat konsep bangun datar, guru bisa menanyakan secara acak
nama-nama bangun yang sudah mereka buat secara acak, apakah mereka sudah
memahami konsep sederhana bangun ruang.
C. Alat
dan bahan
1. Celemek
2. Pisau
cutter
3. Plastisin
dengan berbagai warna.
D. Cara
Pembuatan
Pada pembuatan bangun ruang ini,
tidak memiliki cara yang terstruktur. Melainkan siswa dituntut untuk mengetahui
terlebih dahulu konsep bangun ruang itu sendiri.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada
hakekatnya pelajaran matematika ini sangat lah membosankan, ditambah lagi
dengan begitu banyak rumus, dan tingkat kesulitan soal beragam. Nah dari pada
itu, mangkanya para seorang guru harus pandai menciptakan ide-ide baru untuk
membentuk tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Dengan
adanya permainan menggunakan plastisin ini, siswa dapat mengingat lebih lama
mengenai bangun ruang. Dari pada system belajar secara ceramah.
Dengan
adanya permainan ini siswa juga akan bersemangan dalam melaksanakan
pembelajaran tersebut. Karena didukung oleh plastisin yang beragam jumlah
wamrna yang tersedia
B. Saran
Sistem
motorik halus pada anak usia kelas satu SD belum berkembang dengan baik,
apalagi jika anak langsung masuk jenjang SD tanpa TK sebelumnya. Oleh karena
itu guru tidak bisa memaksa anak untuk bisa menggambar bangun dengan baik tanpa
banyak proses latihan sebelumnya.
Coretan
pertama anak biasanya garis yang tidak beraturan atau bentuk lingkaran yang
tidak sempurna, sehingga ketika anak secara konkrit dilatih membuat bentuk
dengan tangan mereka sendiri terlebih dahulu (tidak dituntut langsung
menggambar) disertai dengan metode yang menyenangkan maka anak akan lebih mudah
mengingat konsep bangun yang diajarkan (lingkaran, segi empat dan segitiga).
Apabila anak sudah memahami konsep bangun datar ini, maka siswa akan lebih
mudah mengerti ketika guru menjelaskan tentang bangun ruang yang jauh lebih
kompleks bentuknya.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar