Daftar Blog Saya
Kamis, 02 Mei 2013
Selasa, 30 April 2013
permainan tradisional [[ ratna juwita^_^]]
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang
“Gebok” adalah suara yang biasa ditimbulkan apabila bola karet yang digunakan dalam permainan ini mengenai anggota badan dari pemain, sehingga permainan ini dikenal dengan nama permainan “Gebok”.
Permainan “Gebok” sudah sangat lama dikenal di Indonesia. Permainan ini terkenal diberbagai daerah di tanah air dengan nama yang berbeda-beda dengan alat yang berbeda namun pada prinsipnya aturan permainannya sama. Di daerah Sunda misalnya, permainan ini dikenal dengan nama bebencaran. Permainan bebencaran menggunakan tumpukan pecahan genting sebagai targetnya. Bencar artinya terurai atau terpecah, sehingga bebencaran menunjuk pada upaya pemain untuk selalu memencarkan potongan genteng yang semula ditumpuk rapih di atas tanah. Di daerah Sulawesi Selatan permainan ini dikenal dengan nama “ boy-boyan” dan menggunakan tumpukan batu yang disusun sebagai targetnya. Sedangkan di daerah Pati Jawa Tengah, permainan ini dikenal dengan nama Gaprek Kempung.
Secara selintas dapat diperoleh gambarkan bahwa permainan ini adalah permainan beregu, dimana dalam satu regu minimal berjumlah 2 orang. Kelompok bermain dibagi menjadi dua yaitu regu penyusun dan regu penjaga. Setiap anggota regu penyusun akan bekerja sama dalam menyusun tumpukan kaleng secara bertingkat sedangkan regu penjaga akan bekerja sama dalam melempar bola ( bola akan dinyatakan “mati” apabila terlalu lama berada ditangan salah satu anggota regu penjaga ).
Permainan gebok menggunakan bola karet (Bola Tenis) dan beberapa kaleng susu bekas. Permainan ini dapat dimainkan oleh anak laki-laki atau perempuan dan jumlah pemain tidak ditentukan. Permainan ini umumnya dimainkan oleh anak-anak berumur 6 sampai 12 tahun. Dalam permainan ini tidak diperlukan peralatan khusus, yang dibutuhkan hanya 15 buah buah kaleng susu bekas yang disusun bertingkat dan sebuah bola karet. Permainan ini juga membutuhkan halaman yang cukup luas, biasanya anak-anak menggunakan halaman rumah sebagai tempat bermain.
B. Rumusan masalah
Mengaplikasikan permainan tradisional Gebok dalam pembelajaran matematika
c. Tujuan
Agar tidak adanya kebosanan dalam belajar matematika
BAB II ISI
A. Aturan main
Siswa dibagi ke dalam dua kelompok bermain, misal regu A dan regu B. Kemudian buat lingkaran kurang lebih bergaris tengah 50 cm untuk menempatkan tumpukan kaleng susu bekas atau sesuai dengan jumlah kaleng yang digunakan, dan buatlah garis batas yang berjarak 20-25 meter (sesuai kesepakatan) dari tumpukan kaleng susu bekas.
Lakukan undian antara regu A dan regu B, misal regu B menang, maka secara bergantian setiap anggota dari regu B berusaha melempar tumpukan kaleng dengan bola tenis dari luar garis batas yang ditentukan. Setiap anggota berkesempatan melakukan 1 kali lemparan. Bila semua anggota regu B tidak ada yang mengenai tumpukan, maka ganti regu A yang bermain. Bila semua anggota regu A juga tidak ada yang mengenai tumpukan, maka ganti regu B yang bermain, demikian seterusnya hingga ada salah satu regu yang dapat mengenai tumpukan kaleng (target).
Bila ada lemparan yang mengenai tumpukan kaleng, misalkan lemparan dari salah satu anggota regu A dapat mengenai tumpukan kaleng, maka dengan cepat anggota regu A yang lain berusaha untuk menyusun kembali tumpukan kaleng yang berserakan, sedang anggota dari regu B berusaha mengambil bola tenis untuk melempar anggota regu A yang sedang menyusun kembali tumpukan kaleng susu bekas. Anggota regu A berpencar, berusaha agar tidak terkena lemparan bola dari regu B, bila lemparan regu B tidak mengenai anggota badan dari regu A, maka regu Aakan terus menumpuk target sampai selesai. Jika anggota regu A selesai menumpuk target tanpa terkena lemparan dari anggota regu B, maka regu B dinyatakan kalah.
Sebagai hukuman, setiap anggota kelompok B berdiri di dalam lingkaran menggantikan targetnya, kemudian secara bergantian setiap anggota dari regu A melempar anggota regu B dengan bola tenis dari luar garis batas yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya bergantian regu A yang memegang bola dan regu B yang akan menata tumpukan kalengnya. Pada dasarnya prinsip dari permainan ini adalah salah satu regu menumpuk target, sedangkan regu yang memegang bola berusaha untuk mengganggu dengan melempar bola tenis ke salah satu regu yang menyusun kaleng (target).
B. Penerapan Permainan GEBOK dalam konsep pembilang secara berurutan
Permainan “Gebok” adalah salah satu permainan tradisional yang dapat digunakan dalam menjelaskan konsep membilang secara berurutan pada siswa kelas III SD. Pada pembelajaran matematika siswa kelas III SD/MI semester ganjil, terdapat materi Letak Bilangan Pada Garis Bilangan. Pada meteri pembelajaran tersebut salah satu tujuan yang akan dicapai adalah siswa diharapkan dapat membilang secara berurutan.
Permainan “Gebok” dapat digunakan untuk melatih siswa menentukan letak bilangan pada garis bilangan pada siswa SD/MI kelas III sebagai berikut :
Urutan bilangan pada garis bilangan di atas menunjukkan makin ke kanan bilangannya makin besar. Bilangan yang terletak di sebelah kanan lebih besar daripada bilangan yang terletak di sebelah kiri, hal tersebut dapat dilakukan dengan memberi angka pada setiap kaleng susu bekas yang digunakan dalam permainan “Gebok”. Perhatikan gambar dibawah ini:
Contoh kasus:
Misalkan dalam satu kelas terdapat 20 0rang siswa, maka siswa tersebut dibagi menjadi 4 regu, dimana masing-masing regu beranggotakan 5 orang siswa. Sehingga terdapat 2 kelompok pemain. Sebelum permainan dimulai, kaleng susu bekas yang sudah diberi label angka disusun dalam bentuk tumpukan seperti gambar diatas. Kemudian kedua regu di undi, anggota regu yang menang berdiri pada garis pelempar sedangkan anggota regu yang kalah berjaga di sekitar tumpukan kaleng. Misalkan regu A memenangkan undian maka anggota regu A berdiri pada garis pelempar untuk melempar tumpukan kaleng yang sudah disusun tadi dengan bola karet yang sudah disiapkan.
Misalkan lemparan bola karet dari anggota regu A berhasil mengenai sebagian tumpukan kaleng, sehingga tumpukan kaleng yang tersisa nampak seperti gambar berikut
Maka anggota regu A yang lain berusaha untuk menyusun kembali tumpukan kaleng yang berserakan, sedang anggota dari regu B berusaha mengambil bola tenis untuk melempar anggota regu A yang sedang menyusun kembali tumpukan kaleng susu bekas. Anggota regu A berpencar agar tidak terkena lemparan bola dari regu B.
Dalam menyusun kaleng yang terjatuh, siswa membutuhkan konsep membilang secara berurutan. Kaleng-kaleng yang berjatuhan harus disusun sesuai dengan angka yang tertera pada kaleng seperti pada susunan awal. Siswa dari anggota regu A, memilih angka antara 4 dan 7 yaitu angka 5 dan 6. Kemudian memilih angka antara 11 dan 14 yaitu angka 12 dan 13, begitu seterusnya hingga susunan kaleng selesai.
Kegiatan psikomotorik permainan ini tetap mengarah pada aspek kognitif siswa, tetapi dibarengi pula oleh aspek afektif yang harus ditanamkan pada siswa antara lain yaitu menanamkan sikap berani bertindak dan membuat keputusan, ulet, mengembangkan sikap bersosialisasi, menanamkan sikap jujur, menanamkan kemampuan berkomunikasi, menanamkan sikap toleransi dan demokrasi.
Kamis, 18 April 2013
^_^pemanfaatan lingkungan sekitar dalam pembelajaran matematika^_^ [RATNA JUWITA]
BAB
I PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Mengajar matematika merupakan suatu karsa dengan nila seni tinggi.
Matematika sebagai mata pelajaran dengan kategori ”momok” bagi sebagian siswa
(meskipun belum tentu yang paling sulit) menuntut guru matematika mau dan mampu
menerapkan strategi pembelajaran yang mujarab. Perlu kepedulian terhadap siswa
dan kejelian terhadap kemampuannya dengan detail yang tinggi.
Media pembelajaran tidak harus mahal. Karena mahal tidaknya suatu media
pembelajaran bukan hal yang prinsip. Prinsip media pembelajaran harus tepat
guna untuk menjelaskan suatu konsep. Efektif dan efisien digunakan guru maupun
siswa. TV dan DVD player bantuan dari perintah, tidak ada artinya bila guru dan
siswa tidak bisa mengunakannya. Meskipun harganya mencapai jutaan rupiah.
Sebagian besar guru berusaha keras menyempurnakan ketrampilan dalam seni
mengajar untuk ”membekali” siswa dengan matematika kontemporer yang sesuai.
Ketrampilan seni mengajar ini penting, khususnya dalam usaha memotivasi siswa,
terutama dalam menghadapi siswa-siswa yang malas, yang sering kita jumpai dalam
kelas.
Kebanyakan guru mempunyai kiat tersendiri dalam mengajar. Namun, guru
yang cermat selalu mencari ide dan teknik baru untuk diterapkan di kelasnya
B. RUMUSAN
MASALAH
Bagaimanakah
pemanfaatan lingkungan sekitar yang berhubungan dengan pelajaran matematika.
C. TUJUAN
Agar Siswa dapat memahami konsep kejadian bersyarat pada peluang dengan
lebih mudah
BAB II
PEMBAHASAN
PEMANFAATAN
LINGKUNGAN SEKITAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI PELUANG KEJADIAN
BESYARAT (KERIKIL YANG DIBERI WARNA)
^_^
ALAT DAN BAHANA YANG DIGUNAKAn ^_^
1. Batu kerikil
secukupnya/seperlunya
2. Cat/alat
pewarna lain untuk membedakan beberapa kerikil
3. Kotak yang
tidak transparan
^_* LANGKAH-LANGKAH ^_*
1.
Bagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang tiap
kelompoknya
2.
Setiap kelompok diminta membawa beberapa batu kerikil sebagian telah diberi
warna/cat oleh siswa dari rumah. Sehingga tiap kelompok memiliki 2 kelompok
kerikil yaitu yang diberi warna dan yang tidak diberi warna.
3.
Setiap kelompok juga diwajibkan membawa 1 buah kotak yang tidak transparan
4.
Masukkan kerikil-kerikil tadi ke dalam kotak, misalnya yang bewarna masukkan 10
dan tidak d beri warna masukkan 8 (Dapat disesuaikan)
5.
Kemudian tiap kelompok diminta salah satu siswa mengambil 1 buah kerikil (Dapat
sesuaikan) dari dalam kotak mereka masing-masing.
6.
Kemudian siswa diminta menjawab ada berapa peluang. terambilnya kerikil yang
bewarna setelah sebuah kerikil diambil tanpa pengembalian. Lakukan hal tersebuat kembali dengan
pengambilan yang berbeda atau jumlah kerikil yang berbeda.
7.
Begitu juga untuk konsep peluang kejadian bersyarat dengan pengembalian,
bedanya kerikil yang telah diambil di kembalikan kembali ke dalam kotak.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Media pembelajaran tidak harus mahal. Karena mahal tidaknya suatu media
pembelajaran bukan hal yang prinsip. Prinsip media pembelajaran harus tepat
guna untuk menjelaskan suatu konsep. Efektif dan efisien digunakan guru maupun
siswa.
Pemanfaatan lingkungan yang ada di sekitar kita merupakan salah satu cara
atau metode dalam belajar bagaimana kita dapat memanfaatkan lingkungan sekitar
kita menjadi sumber belajar yang dapat kita manfaatkan secara optimal untuk
pencapaian proses pembelajaran dan dengan hasil pendidikan yang berkualitas.
Banyak yang dapat kita manfaatkan dari lingkungan sekitar kita sebagai
media pembelajaran. Jadi sebaiknya kita manfaatkan apa yang ada di lingkungan
sekitar kita. Karena banyak pelajaran yang langsung dapat kita ambil dari
lingkungan kita. Lingkungan di sekitar kita memberi pengaruh yang sangat sebar
dalam keberhasilan kita oleh sebab kita harus dapat memanfaaatkan lingkungan
disekitar kita dengan sebaik-baiknya.
Keuntungan Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran : Menghemat
biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan; Memberikan
pengalaman yang nyata kepada siswa; Karena benda-benda tersebut berasal dari
lingkungan siswa, maka benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik
dan kebutuhan siswa; Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada
siswa.
B. SARAN
Dalam
proses pembelajaran matematika apabila menggunakan bahan-bahan lingkungan
sekitar untuk membantu daya ingat siswa dalam proses belajar maka hendaknya dan
pastikan bahwa seorang guru harus memperhatikan semua siswa dalam proses
pembelajaran tersebut berlansung. Dan jangan lupa arahkan Kamis, 21 Maret 2013
pemanfaatan barang bekas
ALAT DAN BAHAN
Disk bekas
Pipet kecil
Pipet besar
Double tip
Lem
Spidol
Karton
CARA PEMBUATAN BUSUR DARI BARANG BEKAS
1. Disk di garis untuk skala sudut dengan skala tertentu dan sama besar
TUJUAN PERMAINAN
Memudahkan siswa untuk menghitung besara sudut
Mengurangi kebosanan siswa dalam pelajaran matematika yang terkadang menoton
Memudahkan siswa untuk menghitung besara sudut
Mengurangi kebosanan siswa dalam pelajaran matematika yang terkadang menoton
Dan juga
melatih siswa untuk berwawasan tinggi
BUSUR DARI BARANG BEKAS
ALAT DAN BAHAN
Disk bekas
Pipet kecil
Pipet besar
Double tip
Lem
Spidol
Karton
CARA PEMBUATAN BUSUR DARI BARANG BEKAS
1. Disk di garis untuk skala sudut dengan skala tertentu dan sama besar
2. Gunting pepet besar sepanjang ± 3 cm sebanyak skala
pada disk
3. Tempelkan pipet tersebut pada garis yang telah
dibuat dengan posisi menyebar dari pusat ke pinggir lingkaran
4. Tempelkan disk yang sudah jadi pada karton untuk memudahkan membaca skala
5. Guru memberikan pertanyaan dan siswa menghitung dengan menggunakan busur-busuran yang telah dibuat
“TERIMA KASIH”
4. Tempelkan disk yang sudah jadi pada karton untuk memudahkan membaca skala
5. Guru memberikan pertanyaan dan siswa menghitung dengan menggunakan busur-busuran yang telah dibuat
“TERIMA KASIH”
Rabu, 06 Maret 2013
permainan matematika _ pengenalan bangun ruang dengan menggunakan plastisin. ^_^. . matkul wordshop
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur senantiasa penulis persembahkan
kehadirat Allah SWT. Atas rahmat taufiq, serta hidayah-Nya, makalah ini
dapat diselesaikan sehingga dapat dipersembahkan kepada para pembaca yang
budiman sebagaimana wujudnya sekarang. Adapun judul makalah yang kami sajikan
dan kami paparkan dalam mata kuliah workshop matematika“Permainan matematika_dengan
judul pengenalan bangun ruang dengan menggunakan plastisin”.
Makalah
ini merupakan hasil kerja maksimal dari penulis, sesuai dengan tenaga dan
kemampuan yang ada pada penulis, namun penulis juga menyadari bahwa dalam
penulisan ini masih banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan. Penulis mohon
maaf. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada pada pembaca , dosen
pembimbing, atas segala motivasi yang diberikan.
Pekanbaru,
maret 2013
Penulis,
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan
adalah unsure terpenting dalam mewujudkan manusia seutuhnya, karna maju
mundurnya gerak dan kepribadian suatu bnagsa kini ataupun masa yang akan datang
amat ditentukan oleh pendidikan. Pendidikan memegang peran sentral dalam
pembangunan masa depan, dengan membangun sumber daya manusia agar dapat menjadi
subyek pembangunan yang produktif.
Adapun tujuan pendidikan adalah
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang terdapat dalam
undang-undang dasar system pendidikan nasional.
Matematika adalah suatu alat untuk
mengenbangkan cara berfikir, karna itu matematika sangat diperlukan baik untuk
kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga
matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak SD, bahkan TK.
Pengembangan pengajaran matematika
disekolah sangat dipengaruhi oleh banyak factor yang sangat berkaitan dalam
pembelajaran matematika seringkali didapatkan bahwa siswa menerima dan
mempelajari matematika bahkan banyak yang mengeluh bahwa pelajaran matematika membosankan,
tidak menarik dan susah dipahami. Maka dari itu pada pembelajaran matematika
ini diselingi oleh permainan agar siswa dapat meninkmati suasana belajar yang
menyenangkan, dan siswa pun dengan adanya permainan ini mereka lebih lama ingat
nya.
Berdasarkan
teori perkembangan kognitif, siswa kelas satu SD (7 tahun) berada pada tahap
pemikiran operasional konkrit, artinya siswa lebih mudah menangkap pelajaran
bila temanya dekat dengan kehidupan mereka atau pelajaran tersebut bisa
dijabarkan secara konkrit. Oleh karena itu, salah satu metode yang bisa
digunakan untuk mengajarkan anak tentang bentuk benda adalah dengan menggunakan
plastisin/lilin/malam.
Sistem
motorik halus pada anak usia kelas satu SD belum berkembang dengan baik,
apalagi jika anak langsung masuk jenjang SD tanpa TK sebelumnya. Oleh karena
itu guru tidak bisa memaksa anak untuk bisa menggambar bangun dengan baik tanpa
banyak proses latihan sebelumnya.
Coretan
pertama anak biasanya garis yang tidak beraturan atau bentuk lingkaran yang tidak
sempurna, sehingga ketika anak secara konkrit dilatih membuat bentuk dengan
tangan mereka sendiri terlebih dahulu (tidak dituntut langsung menggambar)
disertai dengan metode yang menyenangkan maka anak akan lebih mudah mengingat
konsep bangun yang diajarkan (lingkaran, segi empat dan segitiga). Apabila anak
sudah memahami konsep bangun datar ini, maka siswa akan lebih mudah mengerti
ketika guru menjelaskan tentang bangun ruang yang jauh lebih kompleks
bentuknya.
B. Rumusan
Masalah
Mengetahui
bagaimana permainan nya. Mulai dari alat dan bahan, cara permainan.
C. Tujuan
Siswa
akan lebih mudah mengerti ketika guru menjelaskan tentang bangun datar yang
jauh lebih kompleks bentuknya. Hal ini akan membawa emosi senang yang pada
akhirnya berpengaruh pada penerimaan otak dalam menyerap materi pembelajaran,
terlebih pada konsep matematika baru dan dianggap rumit bagi anak-anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengantar
Mengenai Plastisin
Playdough
(play-doh) adalah adonan mainan (play=bermain, dough=adonan) atau plastisin
mainan yang merupakan bentuk modern dari mainan tanah liat (lempung). Playdough
mudah dimainkan dan disukai oleh balita dan anak-anak. Dengan menggunakan
playdough, anak-anak dapat mengekspresikan kreativitas mereka melalui kreasi
tiga dimensi. Berikut cara membuat playdough yang higienis dan dengan warna
serta aroma yang bisa dipilih sendiri.
Rendahnya
hasil belajar matematika siswa pada geometri bangun ruang kubus dan balok dapat
disebabkan banyak faktor, baik yang datang dari siswa sendiri maupun dari pihak
guru selaku pengajar. Faktor yang timbul dari siswa itu sendiri, di antaranya
siswa sulit menguasai konsep dasar tentang pemahaman soal bangun ruang, siswa
sering kali keliru membedakan mana yang dinamakan balok dan mana yang dinamakan
kubus.
Sedangkan
faktor yang datang dari guru selaku pengajar, diantaranya guru mengajar hanya
menggunakan pendekatan ceramah atau eksipositori tanpa menggunakan media,
sedangkan siswa mendengar, mencatat setelah itu menghapal. Hal ini terjadi juga
di kelas IV SDN 3 Jalaksana Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan. Salah satu
upaya untuk mengubah kondisi di atas dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa,
yakni dengan penerapan teori belajar Va Hiele menggunakan media lidi dan
plastisin.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas dengan disain penelitian tindakan kelas yang
digunakan yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan
(siklus spiral) meliputi tahap-tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Penerapan teori belajar Va Hiele menggunakan media lidi dan plastisin dalam
penelitian ini memberikan dampak yang cukup baik bagi siswa, yaitu meningkatnya
pemahaman siswa pada materi bangun ruang kubus dan balok. Hal ini dapat dilihat
pada hasil tes akhir yang diperoleh
siswa.
Pada
siklus I nilai rata-rata yang diperoleh adalah 63,9, pada siklus II nilai
rata-rata menjadi 69,6 dan pada siklus III nilai rata-rata mencapai 78,8 serta
persentase ketuntasan 100%. Penerapan teori belajar Va Hiele menggunakan media
lidi dan plastisin juga dapat meningkatkan aktivitas siswa pada saat
pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat pada setiap siklus aspek-aspek yang
diamati pada aktivitas siswa menunjukkan perubahan yang meningkat menjadi lebih
baik. Pada siklus III, untuk keaktifan, perhatian maupun kerja sama sudah
mencapai 100%, hasil ini sudah sesuai dengan target yang diharapkan. Kesimpulan
yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah bahwa penerapan teori belajar Va
Hiele menggunakan media lidi dan plastisin pada pembelajaran bangun ruang kubus
dan balok dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan
dapat meningkatkan hasil evaluasi siswa.
B. Metode
Pembelajaran
1.
Jika jumlah siswa kurang dari 15, maka kelas bisa dibentuk melingkar, dimana
guru bergabung di tengah-tengah siswa, tetapi jika siswa dalam kelas besar,
maka kelas bisa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil.
2.
Mulai dengan kondisi anak dalam Alfa zone (kondisi paling baik untuk belajar),
dengan tepuk, bernyanyi, atau hal-hal menyenangkan lain yang menarik perhatian
siswa.
3.
Menjelaskan kepada siswa bahwa mereka akan belajar membuat bentuk dengan
plastisin/lilin/malam, mulailah dari yang paling sederhana yaitu membuat
bulatan. Ajak anak menghubungkan ke dunia nyata yang ada di sekitar mereka,
benda apa saja yang bentuknya bulat (cobalah lakukan ekplorasi terhadap anak).
Ajak anak untuk menggambar apa yang mereka buat di buku catatan mereka, bagi
beberapa anak yang belum bisa membentuk lingkaran dengan baik,
plastisin/lilin/malam bisa di pipihkan dan ditempelkan ke catatan, lalu anak
diminta mengikuti pola yang ada. Setelah selesai menggambar, tanamkan konsep
bahwa yang mereka buat dalam matematika di sebut dengan lingkaran, lalu ajak
mereka mengeja setiap huruf yang ada di dalam lingkaran (tematik calistung).
4.
Setelah selesai dengan lingkaran, pola yang bisa digunakan adalah membuat segi
empat, jangan lupa menghubungkan ke dunia nyata dengan menyebutkan
barang-barang apa saja yang ada di sekitar mereka yang berbentuk persegi empat,
pola yang sama juga dilakukan seperti lingkaran. Dengan tambahan penjelasan
bahwa kenapa disebut segi empat, karena mempunya sisi yang sama panjang (ajak
anak merasakan ke empat sisi dari plastisin/lilin/malam buatan mereka sendiri).
5.
Minta anak membuat dua persegi empat dengan plastisin/lilin/malam ketika
selesai, minta mereka menggabungkannya sehingga menjadi persegi panjang. Anak
diharapkan mengerti bahwa perbedaan persegi panjang dan persegi empat terletak
pada bagian bawahnya yang lebih panjang.
6.
Hal terakhir adalah membuat segitiga, adalah wajar jika ada anak yang kesulitan
membuat segitiga, guru pada awalnya bisa membuat pola/cetakan di papan tulis,
atau dengan jari, dan mengajak anak mengisi cetakan dengan
plastisin/lilin/malam, lakukan sampai anak bisa mandiri tanpa cetakan segitiga.
Setelah selesai, mintalah mereka menggambar seperti pada bangun datar
sebelumnya dan menuliskan alfabetnya.
7.
Untuk memperkuat konsep bangun datar, guru bisa menanyakan secara acak
nama-nama bangun yang sudah mereka buat secara acak, apakah mereka sudah
memahami konsep sederhana bangun ruang.
C. Alat
dan bahan
1. Celemek
2. Pisau
cutter
3. Plastisin
dengan berbagai warna.
D. Cara
Pembuatan
Pada pembuatan bangun ruang ini,
tidak memiliki cara yang terstruktur. Melainkan siswa dituntut untuk mengetahui
terlebih dahulu konsep bangun ruang itu sendiri.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada
hakekatnya pelajaran matematika ini sangat lah membosankan, ditambah lagi
dengan begitu banyak rumus, dan tingkat kesulitan soal beragam. Nah dari pada
itu, mangkanya para seorang guru harus pandai menciptakan ide-ide baru untuk
membentuk tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Dengan
adanya permainan menggunakan plastisin ini, siswa dapat mengingat lebih lama
mengenai bangun ruang. Dari pada system belajar secara ceramah.
Dengan
adanya permainan ini siswa juga akan bersemangan dalam melaksanakan
pembelajaran tersebut. Karena didukung oleh plastisin yang beragam jumlah
wamrna yang tersedia
B. Saran
Sistem
motorik halus pada anak usia kelas satu SD belum berkembang dengan baik,
apalagi jika anak langsung masuk jenjang SD tanpa TK sebelumnya. Oleh karena
itu guru tidak bisa memaksa anak untuk bisa menggambar bangun dengan baik tanpa
banyak proses latihan sebelumnya.
Coretan
pertama anak biasanya garis yang tidak beraturan atau bentuk lingkaran yang
tidak sempurna, sehingga ketika anak secara konkrit dilatih membuat bentuk
dengan tangan mereka sendiri terlebih dahulu (tidak dituntut langsung
menggambar) disertai dengan metode yang menyenangkan maka anak akan lebih mudah
mengingat konsep bangun yang diajarkan (lingkaran, segi empat dan segitiga).
Apabila anak sudah memahami konsep bangun datar ini, maka siswa akan lebih
mudah mengerti ketika guru menjelaskan tentang bangun ruang yang jauh lebih
kompleks bentuknya.
.
Langganan:
Postingan (Atom)