Daftar Blog Saya

Selasa, 30 April 2013

permainan tradisional [[ ratna juwita^_^]]

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang “Gebok” adalah suara yang biasa ditimbulkan apabila bola karet yang digunakan dalam permainan ini mengenai anggota badan dari pemain, sehingga permainan ini dikenal dengan nama permainan “Gebok”. Permainan “Gebok” sudah sangat lama dikenal di Indonesia. Permainan ini terkenal diberbagai daerah di tanah air dengan nama yang berbeda-beda dengan alat yang berbeda namun pada prinsipnya aturan permainannya sama. Di daerah Sunda misalnya, permainan ini dikenal dengan nama bebencaran. Permainan bebencaran menggunakan tumpukan pecahan genting sebagai targetnya. Bencar artinya terurai atau terpecah, sehingga bebencaran menunjuk pada upaya pemain untuk selalu memencarkan potongan genteng yang semula ditumpuk rapih di atas tanah. Di daerah Sulawesi Selatan permainan ini dikenal dengan nama “ boy-boyan” dan menggunakan tumpukan batu yang disusun sebagai targetnya. Sedangkan di daerah Pati Jawa Tengah, permainan ini dikenal dengan nama Gaprek Kempung. Secara selintas dapat diperoleh gambarkan bahwa permainan ini adalah permainan beregu, dimana dalam satu regu minimal berjumlah 2 orang. Kelompok bermain dibagi menjadi dua yaitu regu penyusun dan regu penjaga. Setiap anggota regu penyusun akan bekerja sama dalam menyusun tumpukan kaleng secara bertingkat sedangkan regu penjaga akan bekerja sama dalam melempar bola ( bola akan dinyatakan “mati” apabila terlalu lama berada ditangan salah satu anggota regu penjaga ). Permainan gebok menggunakan bola karet (Bola Tenis) dan beberapa kaleng susu bekas. Permainan ini dapat dimainkan oleh anak laki-laki atau perempuan dan jumlah pemain tidak ditentukan. Permainan ini umumnya dimainkan oleh anak-anak berumur 6 sampai 12 tahun. Dalam permainan ini tidak diperlukan peralatan khusus, yang dibutuhkan hanya 15 buah buah kaleng susu bekas yang disusun bertingkat dan sebuah bola karet. Permainan ini juga membutuhkan halaman yang cukup luas, biasanya anak-anak menggunakan halaman rumah sebagai tempat bermain. B. Rumusan masalah Mengaplikasikan permainan tradisional Gebok dalam pembelajaran matematika c. Tujuan Agar tidak adanya kebosanan dalam belajar matematika BAB II ISI A. Aturan main Siswa dibagi ke dalam dua kelompok bermain, misal regu A dan regu B. Kemudian buat lingkaran kurang lebih bergaris tengah 50 cm untuk menempatkan tumpukan kaleng susu bekas atau sesuai dengan jumlah kaleng yang digunakan, dan buatlah garis batas yang berjarak 20-25 meter (sesuai kesepakatan) dari tumpukan kaleng susu bekas. Lakukan undian antara regu A dan regu B, misal regu B menang, maka secara bergantian setiap anggota dari regu B berusaha melempar tumpukan kaleng dengan bola tenis dari luar garis batas yang ditentukan. Setiap anggota berkesempatan melakukan 1 kali lemparan. Bila semua anggota regu B tidak ada yang mengenai tumpukan, maka ganti regu A yang bermain. Bila semua anggota regu A juga tidak ada yang mengenai tumpukan, maka ganti regu B yang bermain, demikian seterusnya hingga ada salah satu regu yang dapat mengenai tumpukan kaleng (target). Bila ada lemparan yang mengenai tumpukan kaleng, misalkan lemparan dari salah satu anggota regu A dapat mengenai tumpukan kaleng, maka dengan cepat anggota regu A yang lain berusaha untuk menyusun kembali tumpukan kaleng yang berserakan, sedang anggota dari regu B berusaha mengambil bola tenis untuk melempar anggota regu A yang sedang menyusun kembali tumpukan kaleng susu bekas. Anggota regu A berpencar, berusaha agar tidak terkena lemparan bola dari regu B, bila lemparan regu B tidak mengenai anggota badan dari regu A, maka regu Aakan terus menumpuk target sampai selesai. Jika anggota regu A selesai menumpuk target tanpa terkena lemparan dari anggota regu B, maka regu B dinyatakan kalah. Sebagai hukuman, setiap anggota kelompok B berdiri di dalam lingkaran menggantikan targetnya, kemudian secara bergantian setiap anggota dari regu A melempar anggota regu B dengan bola tenis dari luar garis batas yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya bergantian regu A yang memegang bola dan regu B yang akan menata tumpukan kalengnya. Pada dasarnya prinsip dari permainan ini adalah salah satu regu menumpuk target, sedangkan regu yang memegang bola berusaha untuk mengganggu dengan melempar bola tenis ke salah satu regu yang menyusun kaleng (target). B. Penerapan Permainan GEBOK dalam konsep pembilang secara berurutan Permainan “Gebok” adalah salah satu permainan tradisional yang dapat digunakan dalam menjelaskan konsep membilang secara berurutan pada siswa kelas III SD. Pada pembelajaran matematika siswa kelas III SD/MI semester ganjil, terdapat materi Letak Bilangan Pada Garis Bilangan. Pada meteri pembelajaran tersebut salah satu tujuan yang akan dicapai adalah siswa diharapkan dapat membilang secara berurutan. Permainan “Gebok” dapat digunakan untuk melatih siswa menentukan letak bilangan pada garis bilangan pada siswa SD/MI kelas III sebagai berikut : Urutan bilangan pada garis bilangan di atas menunjukkan makin ke kanan bilangannya makin besar. Bilangan yang terletak di sebelah kanan lebih besar daripada bilangan yang terletak di sebelah kiri, hal tersebut dapat dilakukan dengan memberi angka pada setiap kaleng susu bekas yang digunakan dalam permainan “Gebok”. Perhatikan gambar dibawah ini: Contoh kasus: Misalkan dalam satu kelas terdapat 20 0rang siswa, maka siswa tersebut dibagi menjadi 4 regu, dimana masing-masing regu beranggotakan 5 orang siswa. Sehingga terdapat 2 kelompok pemain. Sebelum permainan dimulai, kaleng susu bekas yang sudah diberi label angka disusun dalam bentuk tumpukan seperti gambar diatas. Kemudian kedua regu di undi, anggota regu yang menang berdiri pada garis pelempar sedangkan anggota regu yang kalah berjaga di sekitar tumpukan kaleng. Misalkan regu A memenangkan undian maka anggota regu A berdiri pada garis pelempar untuk melempar tumpukan kaleng yang sudah disusun tadi dengan bola karet yang sudah disiapkan. Misalkan lemparan bola karet dari anggota regu A berhasil mengenai sebagian tumpukan kaleng, sehingga tumpukan kaleng yang tersisa nampak seperti gambar berikut Maka anggota regu A yang lain berusaha untuk menyusun kembali tumpukan kaleng yang berserakan, sedang anggota dari regu B berusaha mengambil bola tenis untuk melempar anggota regu A yang sedang menyusun kembali tumpukan kaleng susu bekas. Anggota regu A berpencar agar tidak terkena lemparan bola dari regu B. Dalam menyusun kaleng yang terjatuh, siswa membutuhkan konsep membilang secara berurutan. Kaleng-kaleng yang berjatuhan harus disusun sesuai dengan angka yang tertera pada kaleng seperti pada susunan awal. Siswa dari anggota regu A, memilih angka antara 4 dan 7 yaitu angka 5 dan 6. Kemudian memilih angka antara 11 dan 14 yaitu angka 12 dan 13, begitu seterusnya hingga susunan kaleng selesai. Kegiatan psikomotorik permainan ini tetap mengarah pada aspek kognitif siswa, tetapi dibarengi pula oleh aspek afektif yang harus ditanamkan pada siswa antara lain yaitu menanamkan sikap berani bertindak dan membuat keputusan, ulet, mengembangkan sikap bersosialisasi, menanamkan sikap jujur, menanamkan kemampuan berkomunikasi, menanamkan sikap toleransi dan demokrasi.
pagi

Kamis, 18 April 2013

^_^pemanfaatan lingkungan sekitar dalam pembelajaran matematika^_^ [RATNA JUWITA]




BAB I  PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Mengajar matematika merupakan suatu karsa dengan nila seni tinggi. Matematika sebagai mata pelajaran dengan kategori ”momok” bagi sebagian siswa (meskipun belum tentu yang paling sulit) menuntut guru matematika mau dan mampu menerapkan strategi pembelajaran yang mujarab. Perlu kepedulian terhadap siswa dan kejelian terhadap kemampuannya dengan detail yang tinggi.
Media pembelajaran tidak harus mahal. Karena mahal tidaknya suatu media pembelajaran bukan hal yang prinsip. Prinsip media pembelajaran harus tepat guna untuk menjelaskan suatu konsep. Efektif dan efisien digunakan guru maupun siswa. TV dan DVD player bantuan dari perintah, tidak ada artinya bila guru dan siswa tidak bisa mengunakannya. Meskipun harganya mencapai jutaan rupiah.
Sebagian besar guru berusaha keras menyempurnakan ketrampilan dalam seni mengajar untuk ”membekali” siswa dengan matematika kontemporer yang sesuai. Ketrampilan seni mengajar ini penting, khususnya dalam usaha memotivasi siswa, terutama dalam menghadapi siswa-siswa yang malas, yang sering kita jumpai dalam kelas.
Kebanyakan guru mempunyai kiat tersendiri dalam mengajar. Namun, guru yang cermat selalu mencari ide dan teknik baru untuk diterapkan di kelasnya



B.     RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah pemanfaatan lingkungan sekitar yang berhubungan dengan pelajaran matematika.

C.     TUJUAN
Agar Siswa dapat memahami konsep kejadian bersyarat pada peluang dengan lebih mudah

BAB II  PEMBAHASAN

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI PELUANG KEJADIAN BESYARAT (KERIKIL YANG DIBERI WARNA)

^_^        ALAT DAN BAHANA YANG DIGUNAKAn                 ^_^
1. Batu kerikil secukupnya/seperlunya
2. Cat/alat pewarna lain untuk membedakan beberapa kerikil
3. Kotak yang tidak transparan

^_*        LANGKAH-LANGKAH      ^_*
1. Bagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang tiap kelompoknya
2. Setiap kelompok diminta membawa beberapa batu kerikil sebagian telah diberi warna/cat oleh siswa dari rumah. Sehingga tiap kelompok memiliki 2 kelompok kerikil yaitu yang diberi warna dan yang tidak diberi warna.
3. Setiap kelompok juga diwajibkan membawa 1 buah kotak yang tidak transparan
4. Masukkan kerikil-kerikil tadi ke dalam kotak, misalnya yang bewarna masukkan 10 dan tidak d beri warna masukkan 8 (Dapat disesuaikan)
5. Kemudian tiap kelompok diminta salah satu siswa mengambil 1 buah kerikil (Dapat sesuaikan) dari dalam kotak mereka masing-masing.
6. Kemudian siswa diminta menjawab ada berapa peluang. terambilnya kerikil yang bewarna setelah sebuah kerikil diambil tanpa pengembalian.  Lakukan hal tersebuat kembali dengan pengambilan yang berbeda atau jumlah kerikil yang berbeda.
7. Begitu juga untuk konsep peluang kejadian bersyarat dengan pengembalian, bedanya kerikil yang telah diambil di kembalikan kembali ke dalam kotak.









BAB III PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Media pembelajaran tidak harus mahal. Karena mahal tidaknya suatu media pembelajaran bukan hal yang prinsip. Prinsip media pembelajaran harus tepat guna untuk menjelaskan suatu konsep. Efektif dan efisien digunakan guru maupun siswa.
Pemanfaatan lingkungan yang ada di sekitar kita merupakan salah satu cara atau metode dalam belajar bagaimana kita dapat memanfaatkan lingkungan sekitar kita menjadi sumber belajar yang dapat kita manfaatkan secara optimal untuk pencapaian proses pembelajaran dan dengan hasil pendidikan yang berkualitas.
Banyak yang dapat kita manfaatkan dari lingkungan sekitar kita sebagai media pembelajaran. Jadi sebaiknya kita manfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar kita. Karena banyak pelajaran yang langsung dapat kita ambil dari lingkungan kita. Lingkungan di sekitar kita memberi pengaruh yang sangat sebar dalam keberhasilan kita oleh sebab kita harus dapat memanfaaatkan lingkungan disekitar kita dengan sebaik-baiknya.
Keuntungan Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran : Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan; Memberikan pengalaman yang nyata kepada siswa; Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa; Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa.

B.     SARAN
            Dalam proses pembelajaran matematika apabila menggunakan bahan-bahan lingkungan sekitar untuk membantu daya ingat siswa dalam proses belajar maka hendaknya dan pastikan bahwa seorang guru harus memperhatikan semua siswa dalam proses pembelajaran tersebut berlansung. Dan jangan lupa arahkan

Kamis, 21 Maret 2013

pemanfaatan barang bekas


TUJUAN PERMAINAN
 Memudahkan siswa untuk menghitung besara sudut
 Mengurangi kebosanan siswa dalam pelajaran matematika yang terkadang menoton
Dan juga melatih siswa untuk berwawasan tinggi

BUSUR DARI BARANG BEKAS

ALAT DAN BAHAN

 Disk bekas
 Pipet kecil
 Pipet besar
 Double tip
 Lem
 Spidol
 Karton


CARA PEMBUATAN BUSUR DARI BARANG BEKAS

1. Disk di garis untuk skala sudut dengan skala tertentu dan sama besar
2. Gunting pepet besar sepanjang ± 3 cm sebanyak skala pada disk
3. Tempelkan pipet tersebut pada garis yang telah dibuat dengan posisi menyebar dari pusat ke pinggir lingkaran
4. Tempelkan disk yang sudah jadi pada karton untuk memudahkan membaca skala
5. Guru memberikan pertanyaan dan siswa menghitung dengan menggunakan busur-busuran yang telah dibuat

“TERIMA KASIH”

Rabu, 06 Maret 2013

permainan matematika _ pengenalan bangun ruang dengan menggunakan plastisin. ^_^. . matkul wordshop


      
                                                                                                                  

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis persembahkan  kehadirat Allah SWT. Atas rahmat taufiq, serta hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan sehingga dapat dipersembahkan kepada para pembaca yang budiman sebagaimana wujudnya sekarang. Adapun judul makalah yang kami sajikan dan kami paparkan dalam mata kuliah workshop matematika“Permainan matematika_dengan judul pengenalan bangun ruang dengan menggunakan plastisin”.
Makalah ini merupakan hasil kerja maksimal dari penulis, sesuai dengan tenaga dan kemampuan yang ada pada penulis, namun penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan. Penulis mohon maaf. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada pada pembaca , dosen pembimbing, atas segala motivasi yang diberikan.

                                                                                    Pekanbaru, maret 2013
                                                                                               

Penulis,





 

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah unsure terpenting dalam mewujudkan manusia seutuhnya, karna maju mundurnya gerak dan kepribadian suatu bnagsa kini ataupun masa yang akan datang amat ditentukan oleh pendidikan. Pendidikan memegang peran sentral dalam pembangunan masa depan, dengan membangun sumber daya manusia agar dapat menjadi subyek pembangunan yang produktif.
            Adapun tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang terdapat dalam undang-undang dasar system pendidikan nasional.
            Matematika adalah suatu alat untuk mengenbangkan cara berfikir, karna itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak SD, bahkan TK.
            Pengembangan pengajaran matematika disekolah sangat dipengaruhi oleh banyak factor yang sangat berkaitan dalam pembelajaran matematika seringkali didapatkan bahwa siswa menerima dan mempelajari matematika bahkan banyak yang mengeluh bahwa pelajaran matematika membosankan, tidak menarik dan susah dipahami. Maka dari itu pada pembelajaran matematika ini diselingi oleh permainan agar siswa dapat meninkmati suasana belajar yang menyenangkan, dan siswa pun dengan adanya permainan ini mereka lebih lama ingat nya.
Berdasarkan teori perkembangan kognitif, siswa kelas satu SD (7 tahun) berada pada tahap pemikiran operasional konkrit, artinya siswa lebih mudah menangkap pelajaran bila temanya dekat dengan kehidupan mereka atau pelajaran tersebut bisa dijabarkan secara konkrit. Oleh karena itu, salah satu metode yang bisa digunakan untuk mengajarkan anak tentang bentuk benda adalah dengan menggunakan plastisin/lilin/malam.
Sistem motorik halus pada anak usia kelas satu SD belum berkembang dengan baik, apalagi jika anak langsung masuk jenjang SD tanpa TK sebelumnya. Oleh karena itu guru tidak bisa memaksa anak untuk bisa menggambar bangun dengan baik tanpa banyak proses latihan sebelumnya.
Coretan pertama anak biasanya garis yang tidak beraturan atau bentuk lingkaran yang tidak sempurna, sehingga ketika anak secara konkrit dilatih membuat bentuk dengan tangan mereka sendiri terlebih dahulu (tidak dituntut langsung menggambar) disertai dengan metode yang menyenangkan maka anak akan lebih mudah mengingat konsep bangun yang diajarkan (lingkaran, segi empat dan segitiga). Apabila anak sudah memahami konsep bangun datar ini, maka siswa akan lebih mudah mengerti ketika guru menjelaskan tentang bangun ruang yang jauh lebih kompleks bentuknya.



B.     Rumusan Masalah
Mengetahui bagaimana permainan nya. Mulai dari alat dan bahan, cara permainan.


C.     Tujuan
Siswa akan lebih mudah mengerti ketika guru menjelaskan tentang bangun datar yang jauh lebih kompleks bentuknya. Hal ini akan membawa emosi senang yang pada akhirnya berpengaruh pada penerimaan otak dalam menyerap materi pembelajaran, terlebih pada konsep matematika baru dan dianggap rumit bagi anak-anak.





BAB II  PEMBAHASAN

A.    Pengantar Mengenai  Plastisin
Playdough (play-doh) adalah adonan mainan (play=bermain, dough=adonan) atau plastisin mainan yang merupakan bentuk modern dari mainan tanah liat (lempung). Playdough mudah dimainkan dan disukai oleh balita dan anak-anak. Dengan menggunakan playdough, anak-anak dapat mengekspresikan kreativitas mereka melalui kreasi tiga dimensi. Berikut cara membuat playdough yang higienis dan dengan warna serta aroma yang bisa dipilih sendiri.



Rendahnya hasil belajar matematika siswa pada geometri bangun ruang kubus dan balok dapat disebabkan banyak faktor, baik yang datang dari siswa sendiri maupun dari pihak guru selaku pengajar. Faktor yang timbul dari siswa itu sendiri, di antaranya siswa sulit menguasai konsep dasar tentang pemahaman soal bangun ruang, siswa sering kali keliru membedakan mana yang dinamakan balok dan mana yang dinamakan kubus.
Sedangkan faktor yang datang dari guru selaku pengajar, diantaranya guru mengajar hanya menggunakan pendekatan ceramah atau eksipositori tanpa menggunakan media, sedangkan siswa mendengar, mencatat setelah itu menghapal. Hal ini terjadi juga di kelas IV SDN 3 Jalaksana Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan. Salah satu upaya untuk mengubah kondisi di atas dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa, yakni dengan penerapan teori belajar Va Hiele menggunakan media lidi dan plastisin.
 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan disain penelitian tindakan kelas yang digunakan yaitu model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan (siklus spiral) meliputi tahap-tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penerapan teori belajar Va Hiele menggunakan media lidi dan plastisin dalam penelitian ini memberikan dampak yang cukup baik bagi siswa, yaitu meningkatnya pemahaman siswa pada materi bangun ruang kubus dan balok. Hal ini dapat dilihat pada hasil tes akhir  yang diperoleh siswa.
Pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh adalah 63,9, pada siklus II nilai rata-rata menjadi 69,6 dan pada siklus III nilai rata-rata mencapai 78,8 serta persentase ketuntasan 100%. Penerapan teori belajar Va Hiele menggunakan media lidi dan plastisin juga dapat meningkatkan aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat pada setiap siklus aspek-aspek yang diamati pada aktivitas siswa menunjukkan perubahan yang meningkat menjadi lebih baik. Pada siklus III, untuk keaktifan, perhatian maupun kerja sama sudah mencapai 100%, hasil ini sudah sesuai dengan target yang diharapkan. Kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah bahwa penerapan teori belajar Va Hiele menggunakan media lidi dan plastisin pada pembelajaran bangun ruang kubus dan balok dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil evaluasi siswa.

B.     Metode Pembelajaran
1. Jika jumlah siswa kurang dari 15, maka kelas bisa dibentuk melingkar, dimana guru bergabung di tengah-tengah siswa, tetapi jika siswa dalam kelas besar, maka kelas bisa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil.
2. Mulai dengan kondisi anak dalam Alfa zone (kondisi paling baik untuk belajar), dengan tepuk, bernyanyi, atau hal-hal menyenangkan lain yang menarik perhatian siswa.
3. Menjelaskan kepada siswa bahwa mereka akan belajar membuat bentuk dengan plastisin/lilin/malam, mulailah dari yang paling sederhana yaitu membuat bulatan. Ajak anak menghubungkan ke dunia nyata yang ada di sekitar mereka, benda apa saja yang bentuknya bulat (cobalah lakukan ekplorasi terhadap anak). Ajak anak untuk menggambar apa yang mereka buat di buku catatan mereka, bagi beberapa anak yang belum bisa membentuk lingkaran dengan baik, plastisin/lilin/malam bisa di pipihkan dan ditempelkan ke catatan, lalu anak diminta mengikuti pola yang ada. Setelah selesai menggambar, tanamkan konsep bahwa yang mereka buat dalam matematika di sebut dengan lingkaran, lalu ajak mereka mengeja setiap huruf yang ada di dalam lingkaran (tematik calistung).
4. Setelah selesai dengan lingkaran, pola yang bisa digunakan adalah membuat segi empat, jangan lupa menghubungkan ke dunia nyata dengan menyebutkan barang-barang apa saja yang ada di sekitar mereka yang berbentuk persegi empat, pola yang sama juga dilakukan seperti lingkaran. Dengan tambahan penjelasan bahwa kenapa disebut segi empat, karena mempunya sisi yang sama panjang (ajak anak merasakan ke empat sisi dari plastisin/lilin/malam buatan mereka sendiri).
5. Minta anak membuat dua persegi empat dengan plastisin/lilin/malam ketika selesai, minta mereka menggabungkannya sehingga menjadi persegi panjang. Anak diharapkan mengerti bahwa perbedaan persegi panjang dan persegi empat terletak pada bagian bawahnya yang lebih panjang.
6. Hal terakhir adalah membuat segitiga, adalah wajar jika ada anak yang kesulitan membuat segitiga, guru pada awalnya bisa membuat pola/cetakan di papan tulis, atau dengan jari, dan mengajak anak mengisi cetakan dengan plastisin/lilin/malam, lakukan sampai anak bisa mandiri tanpa cetakan segitiga. Setelah selesai, mintalah mereka menggambar seperti pada bangun datar sebelumnya dan menuliskan alfabetnya.
7. Untuk memperkuat konsep bangun datar, guru bisa menanyakan secara acak nama-nama bangun yang sudah mereka buat secara acak, apakah mereka sudah memahami konsep sederhana bangun ruang.

C.     Alat dan bahan
1.      Celemek
2.      Pisau cutter
3.      Plastisin dengan berbagai warna.

D.    Cara Pembuatan


            Pada pembuatan bangun ruang ini, tidak memiliki cara yang terstruktur. Melainkan siswa dituntut untuk mengetahui terlebih dahulu konsep bangun ruang itu sendiri.
  



BAB III  PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pada hakekatnya pelajaran matematika ini sangat lah membosankan, ditambah lagi dengan begitu banyak rumus, dan tingkat kesulitan soal beragam. Nah dari pada itu, mangkanya para seorang guru harus pandai menciptakan ide-ide baru untuk membentuk tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Dengan adanya permainan menggunakan plastisin ini, siswa dapat mengingat lebih lama mengenai bangun ruang. Dari pada system belajar secara ceramah.
Dengan adanya permainan ini siswa juga akan bersemangan dalam melaksanakan pembelajaran tersebut. Karena didukung oleh plastisin yang beragam jumlah wamrna yang tersedia

B.     Saran
Sistem motorik halus pada anak usia kelas satu SD belum berkembang dengan baik, apalagi jika anak langsung masuk jenjang SD tanpa TK sebelumnya. Oleh karena itu guru tidak bisa memaksa anak untuk bisa menggambar bangun dengan baik tanpa banyak proses latihan sebelumnya.
Coretan pertama anak biasanya garis yang tidak beraturan atau bentuk lingkaran yang tidak sempurna, sehingga ketika anak secara konkrit dilatih membuat bentuk dengan tangan mereka sendiri terlebih dahulu (tidak dituntut langsung menggambar) disertai dengan metode yang menyenangkan maka anak akan lebih mudah mengingat konsep bangun yang diajarkan (lingkaran, segi empat dan segitiga). Apabila anak sudah memahami konsep bangun datar ini, maka siswa akan lebih mudah mengerti ketika guru menjelaskan tentang bangun ruang yang jauh lebih kompleks bentuknya.
.